Kota Palu merupakan ibukota dari provinsi Sulawesi Tengah, yang terkenal akan pesona alamnya yang ikonik, berupa lembah menjorok ke laut serta burung Maleo yang menjadi ikon kota ini. Banyak hal yang dapat dieksplorasi ketika mengunjungi kota Palu. Mulai dari keramahan warga dari berbagai suku bangsa sampai dengan potensi wisata yang menganggumkan.
Kota Palu terletak di bagian tengah pulau Sulawesi, dengan luas wilayah sebesar 848 km2. Kota ini dipimpin oleh seorang walikota yang dipilih melalui pemilihan umum daerah. Secara geografis kota Palu dikelilingi kawasan pegunungan dan pantai dengan iklim tropis kering, suhu udara berkisar 30C – 38C, dengan curah hujan kurang dari 1000 per mm.
Hampir sepanjang tahun kota Palu mengalami musim kering yang cukup panjang. Untuk mencapai Kota Paludapat diakses melalui semua jalur transportasi. Melalui jalur transportasi udara dengan bandara mutiara sis-al jufrie yang dapat diterbangi oleh maskapai nasional.
Begitu pun akses melalui jalur laut melalui pelabuhan pantoloan yang juga dijadikan tempat singgah kapal penumpang mauun barang ke Indonesia timur. Kota palu merupakan zona kawasan ekonomi khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk mengembangkan sendiri kekuatan ekonomi dari sumber daya yang dimiliki provinsi Sulawesi tengah.
Dalam sejarahnya nama kota Palu diambil sebagai asal usul dari suku kata Topalu'e yang memiliki arti Tanah yang terangkat, dahulu kala wilayah ini awalnya adalah lautan, karena terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.
Terdapat juga pengertian lainnya mengenai asal usul nama Kota Palu yang berasal dari bahasa kaili VOLO dari suku kaili yang merupakan suku bangsa asli palu. VOLO artinya bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah sigi. Pepohonana Bambu sangat identic dan berkaitan erat dengan masyarakat suku Kaili, hal ini dikarenakan ketergantungan masyarakat suku Kaili dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari, yang diolah menjadi Bahan makanan (Rebung), stuktur dasar Bahan bangunan (Dinding, tikar, dll), Perlengkapan sehari hari, permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove)
Pada masa penjajahan Belanda, kerajaan ini merupakan bagian dari wilayah kekuasaan dengan sebutan Onder Afdeling Palu.
Dengan panjang pantai yang sangat luas, kota Palu menjadi tersohor dengan pesona sunset, atau pemandangan matahari terbenam, yang sangat serasi dengan mood kota Palu.