Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah yang juga termasuk kota terbesar kelima di Pulau Jawa. Kota ini dihuni oleh hampir 2 juta jiwa.
Salah satu julukan kota ini adalah Kota Lumpia dimana camilan yang khas satu ini sudah akrab sebagai salah satu ikon kota Semarang.
Lumpia mulanya adalah masakan Tionghoa yang masuk ke Indonesia (khususnya Semarang) pada abad ke -19. Saat itu, Tjoa Thay Joe yang asli Tionghoa memutuskan untuk tinggal di Kota Semarang.
Selama di Semarang, dia membuka usaha bisnis makanan dan menjual salah satu makanan yang berupa kulit yang berisi daging babi dan rebung.
Suatu hari, pria kelahiran Fujian itu berkenalan dengan Mbak Wasih. Perempuan asli Jawa ini ternyata menjual makanan yang kurang lebih sama dengan Tjoa Thay Joe, hanya rasanya lebih manis dan isiannya terdiri atas ketang dan udang.
Seirng berjalannya waktu, mereka pun akhirnya memutuskan menikah dan mengabungkan bisnis makanan mereka.
Kedua makanan yang mereka jual masing-masing pun digabugkan menjadi Lumpia Semarang yang kita kenal, yang dibuat dari kulit lumpia, udang atau ayam, telur, dan rebung.
Makanan ini biasanya dijumpai di Olympia Park yang merupakan tempat Tjoa Hay Joe danĀ istrinya berjualan. Kini, usaha tersebut sudah diteruskan oleh anak cucu mereka.
Salah satunya adalah Siem Siok Lien yang menjajakan Lumpia Mbak Lien di Jl Pemuda dan Pandanaran.
Selain lumpia, masih ada beberapa jenis makanan khas Semarang yang patut perlu diketahui, baik itu makanan berat maupun makanan ringan.
Beberapa makanan berat khas Semarang yang cukup dikenal adalah Bandeng Presto, Nasi Ayam Semarang, Soto Bangkong, dan Garang Asem.
Bandeng Presto adalah makanan yang terbuat dari ikan bandeng yang dimasak dengan cara di presto. Cara tersebut dilakukan agar duri yang terdapat pada ikan bandeng bisa melunak atau bahkan menghilang.
Sebelum di presto, ikan bandeng terlebih dahulu diberi bumbu berupa bawang putih, garam, dan kunyit yang telah dihaluskan.
Saat hendak di-presto, ikan bandeng harus diberi alas berupa daun pisang. Olahan ikan bandeng ini banyak ditemui di kota Semarang.
Makanan berat khas Semarang selanjutnya adalah Nasi Ayam khas Semarang. Makanan ini berbahan dasar nasi liwet, telur rebus, dan suwiran ayam yang diberi kuah opor serta tambahan sambal goreng jipan.
Nasi ini juga bisa disajikan bersama sate telur puyuh, sate usus, dan teh hangat.Cara penyajiannya pun sangat sederhana, yakni ditaruh di atas piring yag dialasi daun pisang. Salah satu tempat dagang yang menjual makanan ini ada di Jalan KH. Ahmad Dahlan, Semarang.
Soto Bangkong adalah olahan soto yang berada di sebuah rumah makan di Semarang, tepatnya di Jalan Brigjen Katamso.
Meski bernama Soto Bangkong, soto ini tidak terbuat dari daging katak atau bangkong. Pemberian nama bangkong sendiri didapat dari nama tempat pertama pendirian rumah makan penyedia Soto Bangkong, yakni di Perempatan Bangkong.
Isian soto ini berupa suwiran ayam, irisan tomat, tauge, bihun, serta taburan bawang merah dan putih di atasnya. Yak lupa, kuah bening kecoklatan juga dimasukkan ke dalam isian soto tersebut.
Soto Bangkong juga bisa dinikmati dengan isian lain seperti sate ayam, perkedel, sate telur puyuh, sate kerang, tahu, dan tempe.
Makanan berat khas semarang lainnya adalah Garang Asem yang berisi ayam dengan kuah santan dengan bumbu belimbing wuluh dan cabai.
Ayam yang digunakan pada masakan ini adalah ayam kampung. Ayam ini digunakan karena teksturnya yang lembut dan empuk dibanding jenis ayam lain.
Cara memasak makanan ini terbilang unik, karena ayam dan kuah santannya dimasukkan terlebih dahulu ke dalam daun pisang yang bagian atasnya ditutup dengan lidi.
Makanan khas semarang ini bisa dinikmati bersama nasi hangat dan berbagai lauk pauk lainnya, seperti tempe goreng, sate jeroan ayam, dan perkedel. Salah satu restoran yang menyajikan Garang Asem ada di Jalan Gajah Mada, Semarang.
Selain makanan berat, ada pula beberapa makanan ringan yang telah menjadi makanan khas Kota Lumpia. Makanan-makanan tersebut antara lain: Tahu Petis, Tahu Pong, Kue Moaci, dan Roti Ganjel Rel.
Sesuai namanya, Tahu Petis merupakan cemilan yang berbahan dasar tahu dan petis. Tahu yang digunakan pada kudapan ini adalah tahu putih yang tidak terlalu padat.
Kemudian, tahu tersebut digoreng hingga garing. Tahu yang telah digoreng garing itu lalu disayat dibagian tengahnya dan diisi dengan bumbu petis.
Tahu Petis pun siap untuk disantap. Bila ingin rasa yang lebih pedas, tahu petis bisa dinikmati dengan tambahan cabai rawit.
Olahan tahu khas Semarang lainnya adalah Tahu Pong. Penganan ini dibuat dari tahu khususs yang digoreng dengan minyak panas sampai tahu tersebut garing dan menghasilkan tahu tanpa isi atau kopong.
Tahu yang kopong ini menjadi asal usul penamaan Tahu Pong. Setelah digoreng, tahu ini lalu dipotong-potong beberapa bagian.
Tahu ini bisa dinikmati dengan dicocolkan ke sambal rawit bercampur bumbu petis. Selain itu, Tahu Pong juga bisa dinikmati dengan gimbal udang, irisan acar lobak, dan tahu ponglembek yang digoreng dengan telur.
Kue Moaci adalah kue yang berbentuk bulat dengan bahan dasar gula karamel bercampur kacang di bagian isi dan tepung ketan dibagian luar. Bagian luar yang terbuat dari tepung ketan diberi bubuk tepung dan alas dari kertas roti.
Hal tersebut membuat Kue ini terkesan mirip dengan Kue Mochi khas Jepang. Siring berkembangnya waktu, penganan khas Semarang ini kini mempunyai berbagai varian rasa, mulai dari rasa durian, stroberi, coklat, hingga rasa panda.
Pilhan warnanya pun beragam, mulai dari warna putih, hijau, kuning, merah, dan warna coklat. Dalam beberap varian, ada Kue Moaci yang diberi taburan wijen di bagian luarnya.
Kue ini dijamin sehat karena tidak berbahan pengawet. Karena berbahan alami, maka kue ini hanya bisa bertahan selama seminggu.
Salah satu penganan khas Semarang yang mulai sulit ditemukan adalah Roti Ganjel Rel. Dinamai demikian, karena roti yang ada sejak zaman Hindia Belanda ini mempunyai tekstur yang keras dan alot seperti ganjalan pada rel kereta api.
Nama lain dari roti ini adalah Roti Gambang. Menurut para ahli, Roti Ganjel Rel dianggap sebagai roti yang baik untuk pencernaan karena roti ini mampu mengenyangkan perut orang hanya dengan 2 potong saja.
Selain dipasarkan, roti ini juga kerap dibagikan saat perayaan dugderan yang diadakan di Masjid Agung Kauman semarang.
Acara dugderan tersebut diadakan untuk menandai awal bulan Ramadhan. Salah satu tradisi yang dilakukan saat dugderan adalah membagikan Roti Ganjelan Rel ke warga sekitar.
Masyarakat percaya bahwa roti tradisional khas Semarang ini bisa membantu menahan setiap ganjalan saat menjalani ibadah puasa, terutama bagi yang mendapat Roti Ganjalan.