Mengunjungi suatu daerah dengan kearifan lokal yang masih terjaga memang cukup menyenangkan. Melihat bagaimana masyarakat asli daerah tersebut tinggal dengan kehidupan yang sederhana dan budaya yang masih terjaga. Salah satu daerah yang bisa travelelers kunjungi adalah Pulau Lombok. Di tempat suku Sasak tinggal tersebut terdapat sejumlah desa tradisional yang masihg bertahan dengan kesederhanaan mereka dan tak terpengaruh dengan modernisasi yang melanda. Salah satunya adalah Dusun Sade yang secara administrasi masuk dalam kawasan Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Selain Dusun Sade, sebenarnya masih ada perkampungan Suku Sasak lainnya di Lombok. Namun Dusun Sade lebih akrab di telinga wisatawan dan juga memiliki tradisi yang masih terjaga hingga saat ini.
Suku Sasak sendiri mendominasi jumlah penduduk Lombok, mencapai 90% dari keseluruhan penduduk Lombok. Diperkirakan, suku Sasak Lombok berasal dari Austronesiah yang bermigrasi dari kawasan Asia ke Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik Selatan di tahun 5.000 SM. Sebagai daerah yang pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Bali, tak heran jika budaya suku Sasak hampir sama dengan budaya Bali. Hanya saja mayoritas penduduk Lombok memeluk agama Islam sebagai pengaruh dari daerah Jawa. Namun masih ada sebagian lainnya yang memeluk agama Hindu layaknya penududuk Bali, Budha, dan sejumlah kepercayaan tradisional lainnya. Meski berbeda agama, namun masyarakat Lombok hidup dengan berdampingan dan memiliki toleransi tinggi. Suku Sasak Lombook yang muslim sebagian besar berkepercayaan Islam Wektu Telu yang memadukan antara Islam, Hindu, Budhan, dan kepercayaan nenek moyang. Namun mereka juga mengamalkan ajaran Islam layaknya masyarakat muslim lainnya seperti sholat, puasa, dan juga haji.
Masyarakat Dusun Sade masih mempertahankan budaya mereka yang dimulai dari Kerajaan Pejanggik di Praya. Kehidupan mereka masih teramat sederhana dan seolah tak terganggu dengan kemodernan yang mulai menghinggapi Lombok. Masyarakat Sasak Sade masih setia dengan pekerjaan mereka sebagai petani dan peternak. Para kaum hawa juga berkutat dengan aktivitas menenun sebagai upaya untuk membantu perekonomian keluarga. Kain tenun khas Lombok tersebut bernilai cukup tinggi karena masih dikerjakan secara tradisional, mulai dari pemilihan bahan hingga pembuatannya. Kain-kain tenun ini pun bisa disaksikan di jemur di sekitar rumah Suku Sasak.
Pemandangan rumah tradisional khas suku Sasak yang berjajar juga memiliki keindahan tersendiri. Meski hanya terbuat dari kayu dengan atap alang-alang dan berdindingkan anyaman bambu, namun rumah-rumah ini masih nampak terawat dan berdiri dengan kokoh. Paku-pakunya pun juga menggunakan kayu. Sementara untuk lantainya masih terbuat dengan tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan jerami. Untuk mempertahankan eksistensi rumah Sasak, para orang tua kerap memberikan nasihat kepada anak-anak mereka untuk membangun rumah sama dengan pendahulu mereka. Namun jika mereka ingin membangun rumah layaknya rumah modern mereka diminta untuk keluar dari dusun tersebut.
Selain melihat kehidupan masyarakat Sasak Dusun Sade dalam hal pekerjaan dan rumah mereka, di sini travelers juga bisa melihat kesenian dan tradisi lain Suku Sasak. Misalnya saja festival Bau Nyale atau mencari cacing laut sebagai upaya untuk mengenang Putri Mandalika yang menceburkan diri ke laut demi menghindari perebutan yang dilakukan para pangeran yang ingin mempersuntignya. Kemudian terdapat slober yang merupakan alat musik khas Sasak dan kesenian Gendang Beleg. Selanjutnya ada Periseian (Presean) yang merupakan olahraga beladiri khas Sasak. Dalam olahraga ini dua orang pria bertarung menggunakan rotan dan berperisaikan kulir sapi. Hampir menyerupai dengan Perang Pandan dalam tradisi masyarakat Tenganan Bali. Masyarakat Sasak Dusun Sade juga masih kental dengan budaya gotong royong dan menanam batu nisan orang yang meninggal. Yuk cintai budaya Indonesia dengan belajar dan mengeskplorasi budaya dari daerah lain yang menunjukkan betapa kayanya budaya yang dimiliki Indonesia yang semakin mewarnai Indonesia sebagai negara Bhineka Tunggal Ika.