Seperti yang diketahui, wilayah Jawa Timur tidak hanya seputaran di Pulau Jawa besar bagian timur namun juga mencakup sejumlah pulau-pulau di sekitaran laut Jawa. Salah satunya adalah dengan Pulau Madura. Dahulu untuk menyebrang ke Pulau Madura, masyarakat menggunakan kapal fery yang beroperasi di salah satu bagian Pelabuhan Tanjung Perak, yakni Pelabuhan Ujung menuju Pelabuhan Kamal yang ada di Bangkalan. Perjalanan tersebut terkadang tak berjalan mulus karena bergantung pula pada cuaca dan kondisi ombak. Namun semenjak tahun 2009 hal tersebut tak berlaku lagi karena kini, baik wisatawan ataupun warna Surabaya dan Madura bisa memilih moda transportasi untuk menuju Madura. Karena sejak tanggal 10 Juni 2009 telah diresmikan Jembatan Nasional Suramadu, atau yang lebih dikenal dengan nama Jembatan Suramadu, oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono selaku presiden Indonesia kala itu.
Dengan hadirnya Jembatan Nasional Suramadu, cita-cita Prof Dr Setyadmo (alm), salah seorang guru besar ITB, untuk menghubungkan pulau-pulau yang ada di Indonesia pun tercapai. Pada awalnya beliau hanya mengusulkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang dihubungkan. Rencana itu mendapat sambutan baik dari semua pihak, termasuk Presiden Soeharto pada masa itu. Bahkan sang presiden kemudian mengusulkan tidak hanya Pulau Jawa dan Sumatera yang dihubungkan namun juga Pulau Jawa dengan Pulau Bali dan Pulau Jawa dengan Pulau Madura. Proyek ini pun dikenal dengan nama Proyek Tri Nusa Bima Sakti. Kemudian Presiden Soeharto menunjuk Menteri Negara Riset dan Teknologi, B. J. Habibie, untuk mempelajari pembangunan tiga jembatan tersebut. Namun berdasarkan kajian yang dilakukan B. J. Habibie, dari tiga jembatan tersebut, hanya satu yang bisa diwujudkan, yakni jembatan penghubung Jawa dan Madura. Hal ini dikarenakan untuk pembangunan jembatan Jawa-Sumatera membutuhkan dana yang besar serta teknologi saat itu belum mumpuni. Sementara untuk jembatan Jawa-Bali ditakutkan akan merusak habitat burung jalak bali yang berada di Taman Nasional Bali Barat.
Hingga masa pemerintahan Presiden Soeharto berakhir, ide pembangunan jembatan Jawa-Madura pun terus bergulir. Hingga kemudian proyek ini ditetapkan sebagai proyek nasional melalui Keppres, No. 55 Tahun 1990 yang dikeluarkan oleh Presiden B.J. Habibie. Lahan-lahan di sekitar Surabaya dan Kamal pun mulai dibebaskan. Dan pada 20 Agustus tahun 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri mulai meresmikan pembanguanan jembatan tersebut. Nama Jembatan Suramadu diambil dari dua kota yang dihubungkan jembatan ini, yakni Surabaya-Madura. Jembatan ini melintas di atas selat madura dengan konstruksi yang cukup megah, menyerupai jembatan yang ada di San Fransisco, AS, jembatan Golden Gate. Jembatan ini memiliki panjang hingga 5.438 m dan menjadi jembatan terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan Suramadu memiliki empat lajur dua arah selebar 3,5 meter. Selain itu juga terdapat dua lajur darat selebar 2,75 meter serta lajur khusus sepeda motor di setiap sisi luar jembatan.
Ada tiga bagian yang membentuk Jembatan Suramadu, yakni jalan layang yang disebut dengan causeway, jembatan penghubung atau approach bridge, dan juga jembatan utama. Fungsi jembatan layang adalah untuk menghubungkan jembatan dengan jalan darat yang berada di kedua sisi jembatan. Jembatan layang memiliki 36 bentang sepanjang 1.458 meter di sisi Surabaya dan 45 bentang sepanjang 1.818 meter di sisi Madura. Jembatan penghubung memiliki dia bagian yang masing sepanjang 672 meter. Dan jembatan utama memiliki tiga bagian yang terdiri dari dua bentang samping sepanjang 192 meter dan satu bentang utama sepanjang 434 meter. Cable stayed digunakan dalam konstruksi jembatan ini dengan dua menara kembar yang memiliki tinggi 140 meter sebagai penopangnya. Penyebab lamanya pembangunan jembatan ini adalah keberadaan ruang bebas setinggi 35 meter dari permukaan. Ruang ini pula yang membuat pembangunan jembatan ini menghabiskan banyak biaya.
Dengan keberadaan Jembatan Suramadu, potensi wisata yang ada di Pulau Madura pun kini semakin tereksplore. Banyak wisatawan yang akhirnya mendatangi pulau garam tersebut. Jembatan Suramadu telah memberi akses mudah bagi wisatawan untuk menuju Madura. Hanya dengan membayar Rp 30.000 untuk roda empat dan Rp 3.000 untuk roda dua, wisatawan bisa melintas di jembatan yang megah ini. Apalagi di malam hari, lampu-lampu jembatan semakin menambah kemegahan Jembatan Suramadu. Tak heran di malam hari jembatan ini menjadi obyek menarik bagi para pecinta fotografi. Tertarik juga untuk hunting foto malam di sini?