Alun-alun Bandung adalah pusat kota yang juga menjadi ruang publik di ibu kota Jawa Barat. Tempat ini ada di sebelah selatan Jalan Raya Pos yang terletak dekat dengan Jalan Groteposweg atau Jalan Asia Afrika dan Kantor Pos Besar Bandung.
Proses penataan alun-alun Bandung sudah dimulai sejak masa Hindia Belanda dengan penanaman pohon beringin berpagar yang membuat orang-orang menganggapnya sebagai ikon dan menyebutnya sebagai weringin kurung dalam bahasa Sunda, yang artinya pohon beringin berpagar. Tempat ini juga kerap didekorasi untuk merayakan sesuatu salah satunya sepasang beringin yang ditanam pada 1 Mei 1909, saat kelahiran anak Ratu Wilhelmina, Putri Juliana.
Setelah kemerdekaan, di sekitar tahun 1950 hingga 1960an, banyak bunga ditanam dan juga dibangun kolam dengan air mancur yang merubah ikon sebelumnya. Ikon ini bertahan selama puluhan tahun hingga perlahan bergeser setelah dimulainya pembangunan Masjid Raya Bandung di tahun 1990an yang kini mulai menjadi ikon baru. Selain itu di sisi barat alun-alun, jembatan beton juga dibangun sebagai penghubung dengan masjid.
Pada 31 Desember 2014, Ridwan Kamil selaku walikota Bandung juga melakukan peresmian sekaligus renovasi dengan menambahkan rumput sintetis pada lapangan seluas 4.000 meter persegi ini yang juga merupakan atap dari area parkir bawah tanah. Selain itu, ia juga membangun area taman bermain anak, perpustakaan dan taman bunga.
Di masa pendudukan Belanda, lokasi ini merupakan pusat administratif dan sosial budaya bagi masyarakat pribumi. Selain itu banyak juga acara yang diadakan di sini, salah satunya pertandingan memanah nasional di tahun 1925 yang menarik perhatian warga.
Saat ini alun-alun Bandung kerap dikunjungi masyarakat untuk berkumpul dan duduk-duduk. Pengunjungnya kebanyakan adalah anak muda dan keluarga yang telah memiliki anak karena ketersediaan taman bermain. Tempat menarik lain yang juga banyak dikunjungi adalah sisi selatan yang berhadapan dengan Pendopo Kota Bandung juga bekas bangunan Gedung Palaguna.
Beberapa media menjelaskan bahwa alun-alun tampak beralih fungsi dari yang sebelumnya kerap digunakan untuk berbagai kegiatan menjadi hanya untuk kegiatan yang berhubungan dengan Maulid Nabi dan Ramadhan. Juga penghilangan jembatan yang seolah membuat lapangan menjadi halaman masjid dan bukannya ruang publik.